Blog

Dari Pikiran Jadi Badan

by Alam bara15 on Sep 13, 2021

Dari Pikiran Jadi Badan

Tubuhmu adalah ekosistem yang berkomunikasi setiap hari. Memastikan kamu selalu sehat dan mampu bertahan di segala situasi. Lihat betapa cepat tubuh merespon saat jari terluka. Otak mengirim informasi, lalu mereka semua bekerja sama untuk memastikan darahmu berhenti dan jaringan baru terbentuk lagi. Lalu coba tutup mata, imajinasikan mengecap lemon yang asam atau makanan kesukaan. Air liur akan tetap diproduksi tanpa harus benar-benar ada lemon atau makanan untuk kamu nikmati. Imajinasi atau nyata, tubuh dan otak gak bisa membedakannya. Apa yang ada di pikiran, langung direspon oleh badan.

Jiwa juga terhubung dengan raga. Coba renungkan saat-saat kita dipermisikan dari sekolah karena kondisi fisik yang gak memungkinkan untuk melanjutkan pelajaran. Apakah melewatkan kelas yang membosankan dan guru yang menyebalkan memang hanya sebuah kebetulan/ keberuntungan? Dan setelah beranjak dewasa, kenapa demam seringkali ada saat tanggung jawab kita malah sedang banyak-banyaknya?

Hipnoterapi adalah last resort bagi mereka yang ingin memahami penyakit kronisnya tapi ga tau lagi harus dengan cara apa. Tugas saya hanya membimbing client untuk berkomunikasi dan memahami tubuh, jiwa dan raga dengan menyeluruh: "Hai (nama penyakit), kamu muncul dalam tubuh (nama client) dengan tujuan apa? Membawa pesan apa dari bawah sadarnya?"

Jawabannya beda-beda, tapi saya catat polanya dan ternyata selalu itu-itu saja:

  1. Untuk melindunginya dari situasi, tanggung jawab yang tanpa client sadari tidak ingin dia penuhi (atau tidak bisa dihindari)
  2. Untuk memenuhi kebutuhannya akan cinta, perhatian dan kasih sayang (berawal dari masa kecil dimana orang tua hanya memberi waktu, perhatian dan cinta ketika client sakit atau terluka)
  3. Untuk menghindari client dari rasa bersalahnya sendiri (menghukum diri tanpa disadari)

 

Dan terakhir: "Untuk memastikan ia bertahan" (stress kronis membuat tubuh selalu dalam kondisi 'melawan' sehingga menurunkan kekebalan dan termanifestasi menjadi simtom fisik berkepanjangan). Jika penyakit sekalipun ternyata hadir karena cinta dan untuk 'lindungi' kita, bukankah penyembuhan, harmoni jiwa, pikiran dan badan, diawali dari mendengarkan? 

Leave a Comment

Your email address will not be published.